Berita Trending Harian – Jerman akan memulai perjalanan mereka di Euro 2024 pada hari Jumat mendatang melawan Skotlandia. Namun, suasana yang diharapkan seperti “Sommermärchen” (dongeng musim panas) seperti pada Piala Dunia 2006, masih jauh dari harapan.1
Memori 2006 dan Ekspektasi yang Rendah
Der Panzer masih mengenang semangat yang diraih pada Piala Dunia 2006, dengan pelatih penuh energi Jurgen Klinsmann dan persaingan sengit antara Jens Lehmann dan Oliver Kahn untuk posisi penjaga gawang. Publik Jerman saat itu bermimpi untuk bisa kembali juara di kandang sendiri, setelah terakhir kali pada tahun 1974.
Meskipun impian tersebut pupus akibat kekalahan pahit di semifinal melawan Italia, kenangan tersebut masih membekas. Akankah hal serupa terulang di Euro kali ini? Menjelang pertandingan pembuka, banyak yang masih ragu.
Harapan Baru dengan Nagelsmann?
Secara realistis, tidak banyak yang berharap Der Panzer akan meraih kesuksesan besar di Euro kali ini. Namun, suasana secara umum telah membaik dalam enam bulan terakhir. Julian Nagelsmann, yang ditunjuk sebagai pelatih baru setelah pemecatan Hansi Flick, membutuhkan beberapa pertandingan untuk menerapkan taktik baru.
Dua kemenangan atas Prancis di Lyon dan Belanda di Frankfurt pada jeda internasional Maret lalu menjadi bukti perubahan signifikan. Der Panzer bermain lebih langsung, dengan pressing ketat dan perampasan bola di area lawan, berbeda dengan gaya permainan yang lamban di bawah Flick.
Kembalinya Toni Kroos untuk membela Jerman di Euro 2024 menjadi suntikan moral tersendiri. Keputusan gelandang Real Madrid tersebut untuk mundur dari tim nasional pasca tersingkirnya Jerman di Euro 2020, disambut kekecewaan publik. Namun, kehadirannya di lapangan sangat dibutuhkan.
Kroos, meski tak lagi muda, masih menjadi salah satu pemain terbaik Jerman. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa permainan Jerman di turnamen ini harus banyak bergantung pada pemain berusia 33 tahun tersebut.
Kontroversi Menjelang Pembukaan
Euforia jelang Euro 2024 sedikit teredam oleh kontroversi. Sebuah jajak pendapat yang dilakukan penyiar publik WDR sebelum dua pertandingan persahabatan terakhir melawan Ukraina dan Yunani membuat geram pelatih kepala dan petinggi Asosiasi Sepak Bola Jerman (DFB).
Jajak pendapat tersebut menanyakan apakah responden keberatan dengan kenyataan bahwa kapten timnas Jerman, Ilkay Gundogan, memiliki darah keturunan Turki. Hasilnya, 17% responden menyatakan keberatan dan 21% lebih memilih pemain “berkulit putih” untuk membela tim nasional.
“Kami bermain di Euro untuk semua orang di negara ini. Saya harap saya tidak perlu membaca hal seperti ini lagi,” kata Nagelsmann dengan kesal.
Selama 15 tahun terakhir, para pemain yang merupakan anak atau cucu imigran diterima sebagai bagian tim nasional selama Jerman menang. Namun, ketika tim kalah, mereka kerap dituduh tidak berjuang maksimal karena dianggap bukan patriot sejati. Mesut Ozil, yang berperan penting dalam kemenangan Piala Dunia 2014, pernah mengeluhkan masalah ini sebelumnya.
Pelatih Nagelsmann dan petinggi DFB tentu tidak meragukan komitmen Gundogan, Antonio Rudiger, atau Leroy Sane. Mereka adalah pemain kunci yang diandalkan oleh Nagelsmann.
Performa Kurang Meyakinkan di Pertandingan Persahabatan
Suasana jelang Euro 2024 juga sedikit tertekan karena performa kurang meyakinkan di dua pertandingan persahabatan terakhir. Jerman bermain imbang tanpa gol melawan Ukraina dan menang tipis 2-1 atas Yunani.
Yunani bahkan mengejutkan Jerman dengan unggul terlebih dahulu di babak pertama akibat kesalahan Manuel Neuer. Blunder kiper veteran ini memicu perdebatan mengenai keputusan Nagelsmann untuk kembali menjadikan Neuer sebagai kiper utama.
Kedua pertandingan persahabatan tersebut mengingatkan pada gaya permainan di bawah Flick, meskipun ada upaya Nagelsmann untuk menerapkan pendekatan taktik baru. Pelatih muda ini tampaknya belum menemukan solusi untuk memecah kebuntuan menghadapi tim lawan yang bermain bertahan dan mengandalkan serangan balik.
Jerman dalam Posisi Genting
Kondisi inilah yang membuat perjalanan Jerman di Euro 2024 menjadi menarik. Jerman bisa tampil kompetitif melawan tim besar lain yang bermain terbuka. Namun, fase grup berpotensi menjadi ujian berat, tidak hanya bagi pemain tapi juga bagi para pendukung.
Menghadapi Skotlandia, Hungaria, dan Swiss, Jerman bisa saja mengalami kesulitan seperti pada dua laga persahabatan terakhir. Jika mereka kalah atau menang tipis, suasana di Jerman bisa berubah drastis. Publik mungkin akan teringat kembali pada tiga turnamen internasional terakhir di mana Jerman hanya sekali lolos dari fase grup.
terlepas dari seberapa besar harapan yang coba dibangun Nagelsmann jelang pembuka Euro 2024, dia dan para pemainnya sadar betul bahwa mereka berada dalam posisi yang genting.
Jerman masih memiliki banyak hal yang perlu dibuktikan. Ketidakkonsistenan performa, ditambah dengan kontroversi yang melibatkan Gundogan, membuat publik Jerman bimbang. Akankah Jerman mampu menunjukkan mental juara dan bangkit seperti pada Piala Dunia 2006?
Kesimpulan
Jerman mengawali Euro 2024 dengan segudang pertanyaan. Mampukah mereka mengatasi bayang-bayang kegagalan di turnamen internasional sebelumnya? Akankah Nagelsmann bisa menjawab keraguan dengan permainan yang atraktif dan hasil yang memuaskan?
Semua pertanyaan tersebut baru bisa terjawab di lapangan hijau. Para penggemar Die Mannschaft tentunya berharap Der Panzer bisa meraih hasil terbaik dan membawa pulang trofi Euro 2024.
Prediksi
Memprediksi performa Jerman di Euro 2024 tidaklah mudah. Mereka berada di Grup C yang cukup kompetitif, bersama Skotlandia, Hungaria, dan Swiss. Lolos dari fase grup menjadi target minimal bagi Jerman.
Jika mereka mampu lolos ke babak gugur, pengalaman dan mentalitas bertanding menjadi faktor penentu. Jerman bisa menjadi tim yang menakutkan bagi lawan-lawannya. Namun, jika mereka kembali inkonsisten dan mudah frustrasi, maka mimpi juara bisa dengan cepat pupus.
Harapan ke Depan
Euro 2024 menjadi kesempatan bagi Jerman untuk membangun kembali kepercayaan diri dan citra positif di mata publik. Para pemain muda berbakat seperti Jamal Musiala dan Florian Wirtz diharapkan bisa menjadi tulang punggung tim nasional di masa depan.
Der Panzer memiliki tradisi dan sejarah panjang di dunia sepak bola. Dengan kerja keras, pembinaan pemain muda yang berkelanjutan, dan kepemimpinan yang tepat, Jerman diyakini bisa kembali berjaya di turnamen internasional mendatang.
BACA JUGA : Ndombele Akhirnya Hengkang dari Tottenham Hotspur