Kritik Pedas Ralf Rangnick: Arah Kebijakan Transfer Manchester United Dipertanyakan

Spread the love

Berita Trending Harian – Kondisi internal Manchester United kembali memanas setelah mantan manajer interim mereka. Ralf Rangnick, melontarkan kritik keras yang menyoroti strategi transfer klub. Pria asal Jerman tersebut menilai bahwa pendekatan Manchester United dalam membeli pemain. Selama bertahun-tahun lebih banyak mendatangkan kerugian finansial dan stagnasi prestasi daripada dampak positif yang berkelanjutan.1

Manchester United memang baru saja menutup musim kompetisi 2024/2025 dengan catatan yang sangat mengecewakan. Di bawah arahan manajer Ruben Amorim, tim yang bermarkas di Old Trafford tersebut gagal menemukan konsistensi permainan dan terpuruk di peringkat ke-15 klasemen akhir Premier League. Hasil ini tidak hanya membuat mereka nirgelar, tetapi juga menempatkan jajaran manajemen di bawah tekanan publik yang luar biasa. Sorotan tajam sekali lagi diarahkan pada struktur kepemimpinan dan visi pengembangan skuad yang dianggap tidak jelas. Di tengah situasi inilah, suara kritis dari Ralf Rangnick kembali menggema, mengingatkan publik akan masalah fundamental yang belum terselesaikan sejak era keemasan Sir Alex Ferguson berakhir.

Sebuah Pola Kegagalan yang Terus Berulang

Ralf Rangnick secara tegas menyatakan bahwa Manchester United seolah tidak pernah belajar dari kesalahan-kesalahan di masa lalu. Ia mengamati adanya sebuah pola pendekatan transfer yang terus diulang dari musim ke musim tanpa adanya perbaikan yang signifikan. Menurutnya, klub gagal menunjukkan progres dalam membangun identitas tim yang solid dan memiliki filosofi permainan yang jelas.

Stagnasi Visi dan Perencanaan Jangka Pendek D

Dalam pandangannya, aktivitas belanja pemain yang dilakukan oleh Manchester United seringkali tampak reaktif dan tidak didasari oleh sebuah perencanaan yang matang dan berorientasi jangka panjang. Alih-alih berinvestasi pada talenta-talenta muda yang bisa dibentuk dan dikembangkan secara sistematis untuk masa depan klub, United lebih sering terjebak dalam pembelian panik untuk mengatasi masalah sesaat. Rangnick menekankan bahwa fondasi tim yang kuat seharusnya dibangun dari pemain muda yang memiliki potensi besar.

“Jika saya berada di posisi pemilik atau direktur olahraga, fokus utama saya adalah mencoba merekrut dan berinvestasi pada pemain muda. Karena dari sudut pandang manapun Anda melihatnya, pendekatan itu adalah yang paling masuk akal,” tegas Rangnick dalam sebuah wawancara bersama Sport.

Analisis Finansial yang Merugikan Klub

Kritik Rangnick menjadi lebih tajam ketika ia membedah kebijakan klub yang gemar merekrut pemain yang sudah berusia matang dengan harga selangit. Ia menganggap keputusan semacam ini sebagai langkah kontra-produktif yang secara sistematis menguras kekuatan finansial klub tanpa memberikan jaminan kesuksesan yang sepadan.

Beban Finansial dari Pemain di Usia Akhir Emas

Rangnick memaparkan sebuah perhitungan sederhana untuk menggambarkan betapa merugikannya strategi ini. Membeli pemain yang berada di penghujung usia emas karirnya, misalnya 28 atau 30 tahun, bukanlah sebuah solusi jangka panjang. Selain kontribusinya yang mungkin tidak akan bertahan lama, langkah tersebut juga membebani neraca keuangan klub secara ekstrem.

“Apakah bijaksana menghabiskan dana transfer sebesar 30, 40, hingga 50 juta untuk seorang pemain yang sudah berusia 28 atau 30 tahun? Mari kita lakukan perhitungannya,” jelas Rangnick. “Anda merekrut pemain di usia tersebut dan memberinya kontrak berdurasi lima tahun. Anda menghabiskan rata-rata 15 juta per tahun untuk gajinya, yang jika dikalikan lima menjadi 75 juta. Ditambah biaya transfer dan biaya agen, total keseluruhan kesepakatan itu bisa mencapai sekitar 150 juta. Untuk apa semua itu?” serunya dengan nada retoris.

Peringatan Keras Jelang Bursa Transfer Baru

Di tengah semua tekanan dan kritik ini, Manchester United tetap dilaporkan aktif bergerak untuk menyambut bursa transfer musim baru. Sejumlah nama besar seperti Bryan Mbeumo, Emiliano Martinez, hingga duo penyerang tajam, Viktor Gyokeres dan Victor Osimhen, sudah masuk ke dalam daftar belanja mereka. Namun, Rangnick memandang pendekatan ini dengan skeptis.

Sebuah Pertaruhan yang Tidak Seharusnya Diambil

Bagi Rangnick, mengejar pemain-pemain yang sudah jadi dengan harga mahal tanpa visi yang jelas hanyalah sebuah bentuk perjudian. Ia meminta agar manajemen klub tidak kembali jatuh ke dalam lubang yang sama, yakni melakukan belanja besar tanpa arah yang pasti. Ia memperingatkan bahwa investasi besar pada pemain yang lebih tua hampir tidak mungkin kembali modalnya.

“Anda tidak akan pernah mendapatkan uang itu kembali. Jika Anda kurang beruntung, pada tahun-tahun terakhir kontraknya, pemain itu bahkan mungkin sudah tidak bermain lagi karena penurunan performa atau cedera,” lanjutnya. “Satu-satunya hal yang Anda dapatkan dari transaksi semacam itu adalah berinvestasi pada kemungkinan meraih sukses dalam beberapa tahun pertama. Ini seperti sebuah taruhan besar, dan saya pribadi tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi,” tutup Rangnick.

Baca juga Insiden Kartu Merah Nicolas Jackson: Amarah Legenda Chelsea Hingga Picu Permintaan Maaf di Siaran Langsung