Transformasi Pasca-Old Trafford: Era Baru bagi Mantan Pemain Manchester United
Berita Trending Harian – Dahulu kala, meninggalkan klub sebesar Manchester United. Seringkali dipandang sebagai awal dari penurunan lambat dalam karier seorang pemain. Kepindahan dari Old Trafford identik dengan kehilangan panggung besar dan kesulitan untuk kembali ke performa terbaik. Namun, apakah persepsi itu masih berlaku di era sepak bola modern? Pertanyaan ini semakin relevan mengingat beberapa mantan pemain United baru-baru ini menunjukkan performa gemilang setelah hengkang. Scott McTominay menjadi juara Serie A bersama Napoli. Jadon Sancho meraih gelar Liga Konferensi Eropa bersama Chelsea, dan Dean Henderson sukses mengangkat Piala FA dengan Crystal Palace. Fakta-fakta ini memunculkan pertanyaan besar: apakah kepindahan dari Manchester United justru menjadi katalisator kebangkitan karier seorang pemain?1
Pada final Liga Konferensi Eropa pada Rabu (28 Mei 2025) lalu. Dua pemain yang secara teknis masih terikat kontrak dengan Manchester United. Namun dipinjamkan ke klub lain, saling berhadapan. Jadon Sancho, yang menghabiskan musim ini sebagai pemain pinjaman di Chelsea, berada di satu sisi lapangan. Di sisi berlawanan, ada winger Brasil Antony, yang juga bergabung dengan Real Betis dengan status pinjaman sejak Januari. Di saat para petinggi Manchester United tengah sibuk melakukan investigasi. Mendalam terhadap kampanye 2024-2025 yang dianggap bencana, Sancho justru mengakhiri musim dengan medali juara Eropa setelah Chelsea meraih kemenangan 4-1 atas Real Betis di Wroclaw, Polandia.
Selain itu, dua nama lain yang pernah memperkuat United dalam beberapa tahun terakhir. Henrikh Mkhitaryan dan Matteo Darmian, berpotensi tampil untuk Inter Milan saat mereka menghadapi Paris Saint-Germain di Final Liga Champions. Pada Sabtu (31 Mei 2025) mendatang di Munich. Fenomena ini memicu perdebatan. Apakah meninggalkan Manchester United benar-benar membantu menghidupkan kembali karier seorang pemain, mengingat Sancho, Antony, dan McTominay semuanya tampil bagus setelah tidak lagi berada di Old Trafford? Ini bukan lagi tentang kegagalan United menahan pemain, melainkan tentang apakah sistem di luar United lebih cocok untuk pengembangan mereka.
Studi Kasus Kebangkitan: McTominay dan Antony
Transformasi Scott McTominay: Dari Pemain Cadangan Menjadi Juara Serie A
Tidak terlalu lama berselang, Scott McTominay hanyalah pemain pelengkap di Manchester United, seringkali memulai pertandingan dari bangku cadangan. Perannya di tim tidak selalu esensial, dan menit bermainnya seringkali tidak konsisten. Musim panas lalu, gelandang asal Skotlandia ini memang menginginkan perubahan suasana, mencari tantangan baru di luar Old Trafford. Di sisi lain, Manchester United juga membutuhkan dana untuk membantu mereka memenuhi aturan Profitability and Sustainability Rules (PSR) Premier League. Ini adalah titik balik yang menentukan bagi kedua belah pihak.
Pemain kelahiran Lancaster ini telah bersama United selama lebih dari 20 tahun. Mulai bergabung dengan akademi sepak bola klub pada usia lima tahun. Namun, ia membuat keputusan berani untuk memulai kembali kariernya di Italia. Biaya transfer sebesar £25,7 juta kini terlihat seperti penawaran yang sangat menguntungkan, mengingat kontribusi besarnya di Napoli. Tidak heran jika mantan pelatihnya di Old Trafford. Ole Gunnar Solskjaer, baru-baru ini mengatakan kepada BBC Sport, “bagaimana Anda bisa menjual Scott itu di luar nalar saya”.
Statistik permainan McTominay telah meningkat di hampir semua area sejak ia meninggalkan Old Trafford. Untuk bergabung dengan mantan rekan setimnya di United, Romelu Lukaku, di Napoli. Ia berhasil mencetak 13 gol dan memberikan empat assist dalam 2.972 menit bermain di musim 2024-2025. Dibandingkan dengan 10 gol dan tiga assist dalam 2.772 menit bermain di United musim sebelumnya. Akurasi umpannya meningkat dari 82,7% menjadi 85%, sementara peluang yang ia ciptakan per pertandingan juga meningkat, begitu pula dengan sentuhan di kotak penalti lawan. Ini menunjukkan peningkatan signifikan tidak hanya dalam aspek ofensif tetapi juga dalam playmaking dan partisipasi di area berbahaya.
Paul Lambert
Mantan gelandang Skotlandia, Paul Lambert, mengatakan kepada BBC Sport bahwa kepindahan ke Italia telah menjadi titik balik bagi karier McTominay. “Meninggalkan Manchester United… ada persepsi bahwa sepak bola Inggris adalah segalanya,” kata Lambert, yang memenangkan Liga Champions sebagai pemain dengan Borussia Dortmund pada tahun 1997. “Itu tidak benar. Bermain sepak bola Eropa membuat pemain berkembang lebih cepat. Itu membuat Anda tumbuh lebih cepat.” Komentar ini menyoroti bahwa pengalaman di liga dan gaya bermain yang berbeda bisa menjadi kunci perkembangan seorang pemain.
Erik ten Hag
Namun, menurut laporan kepala reporter berita sepak bola BBC Sport, Simon Stone, mantan pelatih United saat itu, Erik ten Hag, sebenarnya tidak ingin menyetujui kesepakatan dengan Napoli untuk McTominay. “Dari perspektif Manchester United, Anda benar-benar perlu melihat lebih jauh dari kesepakatan itu sendiri, memahami mengapa itu terjadi – dan fokus pada masalah sebenarnya,” kata Stone. “Yang paling mencolok adalah Scott McTominay. Mantan pelatih Ole Gunnar Solskjaer mengatakan kepada saya di Istanbul awal bulan ini bahwa dia tidak bisa memahami mengapa pemain internasional Skotlandia itu dijual.”
Manuel Ugarte
Stone melanjutkan dengan menjelaskan rasional di balik keputusan United: “Rasionalnya sederhana. Meskipun Erik ten Hag tidak ingin melakukan kesepakatan dengan Napoli, itu adalah satu-satunya cara untuk menghasilkan dana di bawah PSR untuk mendatangkan Manuel Ugarte. Teorinya kuat, eksekusinya salah karena Ugarte belum memberikan apa yang diantisipasi.” Ini menunjukkan bahwa keputusan transfer seringkali bukan hanya tentang preferensi pelatih, tetapi juga tentang tekanan finansial dan kebutuhan untuk menyeimbangkan neraca klub di bawah aturan ketat seperti PSR.
Kebahagiaan Antony di Real Betis: Dari “Pria Dingin” menjadi Bintang Bersemangat
Contoh lain dari pemain yang berkembang pesat setelah meninggalkan Old Trafford adalah Antony. Winger Brasil ini hanya berhasil mencetak lima gol dalam 62 penampilan di Premier League setelah bergabung dengan United dengan biaya transfer sebesar £81,3 juta pada tahun 2022. Penampilannya yang kurang memuaskan dan kesulitan mendapatkan kesempatan di tim utama akhirnya mendorongnya untuk pindah ke Spanyol, bergabung dengan Real Betis pada Januari dengan status pinjaman.
Sejak kepindahannya ke Betis, Antony berhasil mencetak sembilan gol—lima di La Liga dan empat di kompetisi Eropa. Ia tampak sangat menikmati hidupnya kembali di lapangan, meskipun harus puas dengan medali runner-up di final Liga Konferensi Eropa. Transformasi emosional Antony juga terlihat jelas. “Kami melihat seorang pria yang sangat dingin di Manchester United, sejak Antony pergi ke Betis dan segalanya berjalan baik, kami melihat dia menangis, kami melihat dia tertawa, dan penggemar Betis menyukai itu,” kata jurnalis sepak bola Spanyol Guillem Balague. Ini menunjukkan bahwa lingkungan yang tepat, kepercayaan dari pelatih dan penggemar, serta kesempatan bermain yang lebih konsisten dapat mengeluarkan potensi terbaik seorang pemain, bahkan jika harga transfer awal mereka tidak sesuai ekspektasi.
Refleksi dan Implikasi: Masa Depan Manchester United dan Para Pemainnya
Kasus-kasus seperti McTominay dan Antony, serta keberhasilan Sancho, Henderson, Mkhitaryan, dan Darmian setelah meninggalkan Old Trafford, memunculkan pertanyaan kritis bagi Manchester United. Apakah klub terlalu cepat melepaskan beberapa talenta, atau justru keputusan tersebut tepat karena para pemain itu tidak cocok dengan sistem atau tekanan di United? Mungkin saja, beberapa pemain memang membutuhkan perubahan lingkungan, gaya bermain yang berbeda, atau bahkan tekanan yang lebih rendah untuk bisa mengeluarkan performa terbaik mereka.
Fenomena ini juga menyoroti pentingnya sistem scouting dan player development yang efektif. United, sebagai klub raksasa, memiliki sumber daya besar. Namun, kemampuan mereka untuk mengidentifikasi bakat yang tepat dan kemudian mengintegrasikannya ke dalam tim utama, serta memberdayakan mereka untuk tampil konsisten di level tertinggi, adalah tantangan berkelanjutan. Di sisi lain, keberhasilan mantan pemain mereka di klub lain bisa menjadi indikasi bahwa United perlu meninjau kembali pendekatan mereka terhadap manajemen pemain dan strategi transfer.
Ini bukan berarti setiap pemain yang meninggalkan United akan sukses. Ada banyak contoh pemain yang justru menurun setelah hengkang. Namun, tren terbaru ini setidaknya membuka mata bahwa bagi sebagian pemain, keluar dari bayang-bayang Old Trafford bisa menjadi awal dari babak baru yang lebih cerah dalam karier mereka. Bagi Manchester United, ini adalah pelajaran berharga untuk terus beradaptasi dan memastikan bahwa setiap keputusan transfer, baik masuk maupun keluar, benar-benar sejalan dengan visi jangka panjang klub untuk kembali ke puncak kejayaan.
Baca juga Diolok-olok, Dirayakan dengan Liar: Kisah Chelsea Meraih Gelar Liga Konferensi Eropa