Yamal Sang Jenius & Laga Epik: Inilah Alasan Spanyol Jadi Favorit Juara Piala Dunia

Spread the love

Berita Trending Harian – Pertandingan semifinal UEFA Nations League antara Spanyol dan Prancis baru saja menyuguhkan tontonan yang akan dikenang sepanjang masa. Kedua raksasa Eropa ini mempersembahkan duel penuh drama yang berakhir dengan kemenangan dramatis 5-4 untuk Spanyol—sebuah skor yang lebih mirip hasil adu penalti ketimbang pertandingan waktu normal. Dengan performa luar biasa para pemain muda seperti Lamine Yamal dan intensitas permainan tinggi dari kedua tim, banyak yang mulai meyakini bahwa Spanyol memang pantas menjadi favorit utama dalam perburuan gelar juara Piala Dunia musim panas mendatang.1

Spanyol kini tengah memburu gelar ketiga berturut-turut dalam turnamen UEFA, setelah sebelumnya mereka sukses menjuarai Nations League edisi terakhir dan Euro 2024. Kini mereka akan menghadapi Portugal di partai final Nations League yang akan digelar hari Minggu. Namun kemenangan dramatis atas Prancis ini telah menjadi pernyataan besar bahwa tim Matador sangat siap untuk menyapu bersih semua gelar.

Pertandingan Penuh Gol, Tekanan, dan Aksi Heroik Yamal

Laga ini menjadi salah satu pertandingan internasional paling menghibur dalam beberapa tahun terakhir. Dengan total 40 tembakan, 17 di antaranya mengarah tepat ke gawang, dan sembilan gol tercipta, duel ini menyuguhkan emosi naik-turun yang intens. Spanyol sempat unggul telak 4-0 dan kemudian 5-1, seolah siap menghancurkan Prancis secara total. Namun, Les Bleus menunjukkan semangat juang yang luar biasa dan berhasil memperkecil ketertinggalan menjadi 5-4 di menit-menit akhir.

Mikel Merino, salah satu pencetak gol Spanyol, mengungkapkan bahwa pertandingan ini sangat liar. “Ini pertandingan yang gila. Mungkin bukan yang diinginkan para pelatih, karena tidak ada yang ingin kebobolan sebanyak ini, tetapi ini laga yang luar biasa untuk para penonton,” ujarnya. Pelatih Spanyol, Luis de la Fuente, bahkan menyampaikan pernyataan menarik.

Lamine Yamal: Calon Bintang Ballon d’Or dari Generasi Baru

Salah satu sorotan utama dari pertandingan ini adalah performa luar biasa dari Lamine Yamal. Remaja berusia 17 tahun yang akan menginjak usia 18 musim panas ini, mencetak dua gol dan menunjukkan ketenangan luar biasa di momen-momen krusial. Kini, Yamal telah mencetak enam gol untuk tim nasional dan 25 gol untuk klubnya, Barcelona.

Dibandingkan dengan bintang muda Prancis seperti Ousmane Dembele dan Desire Doue yang banyak dibicarakan sebelum pertandingan karena musim luar biasa mereka bersama PSG, Yamal terlihat lebih matang dan efisien dalam setiap sentuhannya. Bahkan, penampilan gemilangnya memicu pembicaraan soal peluangnya meraih Ballon d’Or di masa depan.

Sementara itu, pemain debutan Prancis Rayan Cherki yang tampil dari bangku cadangan juga ikut menghidupkan permainan. Penyerang muda Lyon tersebut mencetak gol voli spektakuler dari luar kotak penalti dan memberikan assist akurat untuk gol keempat Prancis yang dicetak Randal Kolo Muani. Penampilan itu semakin memperkuat rumor ketertarikan dari klub-klub besar seperti Liverpool dan Manchester City.

Drama Gol dan Pertahanan yang Runtuh

Pertandingan dimulai dengan sangat cepat. Mikel Oyarzabal memberikan assist manis kepada Nico Williams untuk membuka keunggulan, lalu kembali memberikan umpan untuk gol kedua yang dicetak Merino hanya berselang empat menit. Gol ketiga Spanyol sempat tercipta lewat Dean Huijsen, namun dianulir karena offside setelah eksekusi tendangan bebas yang sangat kreatif.

Usai turun minum, Yamal dijatuhkan di kotak penalti dan sukses mengeksekusi tendangan penalti menjadi gol ketiga. Tidak lama kemudian, Williams mengirimkan assist kepada Pedri yang menjadikan kedudukan 4-0. Meski Kylian Mbappe membalas lewat titik putih, Yamal kembali mencetak gol dengan penyelesaian elegan, menjadikan skor 5-1.

Namun Prancis tidak menyerah begitu saja. Dembele nyaris mencetak gol saat tendangannya membentur tiang. Cherki mencetak gol voli dari luar kotak penalti. Gol bunuh diri Dani Vivian dan sundulan Kolo Muani dari assist Cherki membuat skor menjadi 5-4. Sayangnya, dalam dua menit terakhir injury time, Prancis gagal menciptakan peluang tambahan untuk menyamakan kedudukan.

Permainan Khas Spanyol dan Pertanyaan tentang Pertahanan

Meski menang, tidak semua sisi permainan Spanyol bisa dikatakan sempurna. Setelah unggul besar, mereka justru nyaris membuang keunggulan. Pertahanan mereka cukup rapuh dan kebobolan empat gol, bahkan membuat kiper Unai Simon harus melakukan enam penyelamatan penting.

Tetap saja, banyak pengamat menilai inilah wajah baru Spanyol yang penuh talenta dan keberanian. Rata-rata usia pemain mereka hanya 24 tahun, dengan pemain tertua berusia 28. Nama-nama seperti Yamal, Williams, Pedri, dan Merino tampil penuh semangat dan percaya diri. Guillem Balague, jurnalis sepak bola Spanyol, menyebut bahwa para pemain ini tampil dengan keyakinan tinggi dan mampu menciptakan “sihir” dalam kerangka taktik yang terstruktur.

Meskipun mereka sempat lengah di akhir pertandingan, Balague menilai hal itu merupakan proses alami dari tim yang percaya diri dalam jalur mereka. Tim ini tidak hanya mengandalkan keterampilan teknis, tetapi juga etos kerja tinggi dan komitmen dalam merebut kembali bola.

Performa Prancis Tidak Sepenuhnya Buruk

Meski kalah, Prancis tidak tampil buruk. Bahkan ketika tertinggal jauh, mereka tetap menciptakan peluang berbahaya. Secara statistik, Prancis memiliki lebih banyak tembakan di kedua babak dan juga lebih banyak peluang tepat sasaran.

Kylian Mbappe mengakui bahwa timnya tidak bermain konsisten sepanjang laga. “Kami punya momen-momen bagus yang sudah lama tidak kami tunjukkan. Tapi dalam 10 menit kami kebobolan dua gol, dan itu terulang di babak kedua,” katanya kepada RTVE.

Pemain muda PSG seperti Doue dan Dembele memberikan ancaman nyata, walau gagal mencetak gol. Penampilan Cherki patut mendapat pujian, karena selain gol indahnya, ia juga memberikan assist sempurna yang nyaris menyelamatkan Prancis.

Namun masalah utama tetap ada di lini belakang. Debutan Juventus Pierre Kalulu kesulitan menjaga posisi, sementara Clement Lenglet yang kembali membela timnas sejak 2021 juga tidak tampil meyakinkan.

Pelatih Didier Deschamps tidak ingin menyalahkan individu. Ia mengakui bahwa lini belakang kali ini tidak terbentuk dari pemain yang biasa bermain bersama. “Saya tidak akan menyerah pada pertahanan ini. Ada kondisi yang memperberat. Tapi Spanyol memang sangat efisien,” ujarnya.

Kesimpulan: Spanyol Layak Difavoritkan, Tapi PR Masih Ada

Dengan penampilan ofensif yang memukau dan deretan pemain muda berbakat yang tampil gemilang, Spanyol kini menjadi favorit utama untuk menjuarai Piala Dunia mendatang. Namun, kelemahan di lini pertahanan harus segera dibenahi agar mereka bisa tampil lebih stabil dan tidak mengalami krisis di menit-menit akhir.

Sementara itu, Prancis tetap menjadi pesaing kuat dengan lini serang yang mematikan, meski kali ini mereka harus belajar dari kesalahan agar bisa bangkit di turnamen selanjutnya. Jika pertandingan ini adalah gambaran apa yang akan datang di turnamen besar mendatang, maka dunia sepak bola bisa menantikan laga-laga spektakuler lainnya.

Baca juga Cristiano Ronaldo: Mengakhiri Kutukan Jerman dan Mengincar 1.000 Gol Legendaris